Sabtu, 09 Februari 2019

Industri 4.0


Menurut wikipedia, Industri 4.0 adalah nama tren otomatis dan pertukaran data terkini dalam teknologi pabrik. Istilah ini mencakup sistem siber-fisik, internet untuk segala, komputasi awan, dan komputasi kognitif.

Industri 4.0 menghasilkan "pabrik cerdas". Di dalam pabrik cerdas berstruktur moduler, sistem siber-fisik mengawasi proses fisik, menciptakan salinan dunia fisik secara virtual, dan membuat keputusan yang tidak terpusat. Lewat Internet untuk segala (IoT), sistem siber-fisik berkomunikasi dan bekerja sama dengan satu sama lain dan manusia secara bersamaan. Lewat komputasi awan, layanan internal dan lintas organisasi disediakan dan dimanfaatkan oleh berbagai pihak di dalam rantai nilai.

Adapula kemunculan superkomputer, robot pintar, kendaraan tanpa pengemudi, editing genetik, dan perkembangan neuroteknologi yang memungkinkan manusia untuk lebih mengoptimalkan fungsi otak adalah tanda munculnya revolusi industri 4.0. Hal tersebut disampaikan oleh Klaus Schwab, Founder dan Executive Chairman of the World Economic Forum dalam bukunya The Fourth Industrial Revolution.

Selain itu, pada industri 4.0 telah menemukan pola baru ketika disruptif teknologi (disruptive technology) hadir begitu cepat dan mengancam keberadaan perusahaan-perusahaan incumbent. Sejarah telah mencatat bahwa revolusi industri telah banyak menelan korban dengan matinya perusahaan-perusahaan raksasa.

Banyak perusahaan raksasa yang dikhalahkan oleh perusahaan yang baru berdiri. Pada jaman sekarang, ukuran perusahaan tidak menjamin kesuksesan dari perusahaan, yang menentukan adalah kelincahan perusahaan dalam memanfaatkan teknologi yang tersedia. Dapat dilihat banyaknya transportasi online yang mulai mengancam pemain-pemain besar pada industri transportasi lainnya.

Adapula, munculnya e-commerce yang semakin memanjakan para konsumennya. Dengan hadirnya platform e-commerce, membuat para calon pembeli tidak perlu pergi ke toko-toko offline untuk mendapatkan barang yang diinginkannya. Para calon pembeli dapat membeli barang yang diinginkannya dimanapun ia berada dan kapanpun. Sehingga hal tersebut berdampak kepada toko-toko ritel yang semakin sepi pengunjung.

Pada dasarnya industri 4.0 sangat membantu manusia untuk menjalankan aktivitasnya, tetapi hal ini hanya berlaku bagi manusia yang dapat memanfaatkan kehadiran revolusi industri generasi ini dengan sebaik-baiknya. 

“Digital is the main reason just over half of the companies on the Fortune 500 have disappeared since the year 2000” - Pierre Nanterme, CEO of Accenture.


“The Fourth Industrial Revolution is still in its nascent state. But with the swift pace of change and disruption to business and society, the time to join in is now” -Gary Coleman, Globql Industry and Senior Client Advisor, Deloitte Consulting.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar